
MATALENSAINDONESIA, Bandarlampung — Provinsi Lampung mengalami inflasi year on year (y-on-y) pada Maret 2025 sebesar 1,58 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 109,05.
Hal ini disampaikan Muhammad Ilham Salam, Ketua Tim Statistik Distribusi BPS Provinsi Lampung dalam keterangannya belum lama ini.
Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks (inflasi) kelompok pengeluaran.
“Seperti kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 3,76 persen; kelompok pakaian dan alas kaki 1,07 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,24 persen,” ujarnya.
Selanjutnya kelompok kesehatan 1,36 persen; kelompok transportasi 0,73 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya 3,83 persen; kelompok pendidikan 5,64 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 1,40 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,97 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 5,84 persen; dan kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 0,68 persen.
Sementara untuk yingkat inflasi month to month (m-to-m) Maret 2024 tercatat inflasi sebesar 1,96 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 0,57 persen.
Pada Maret 2025, seluruh kota IHK di Provinsi Lampung yang berjumlah 4 kabupaten/kota mengalami inflasi secara year on year (y-on-y).
“Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Mesuji sebesar 2,54 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,13,” sambungnya.
Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu emas perhiasan sebesar 0,55 persen; bawang merah sebesar 0,50 persen; sigaret kretek mesin (skm) sebesar 0,45 persen; sekolah menengah atas sebesar 0,31 persen; dan minyak goreng sebesar 0,27 persen.
Sementara itu, inflasi y-on-y terendah terjadi di Kota Metro yaitu sebesar 1,39 persen dengan IHK sebesar 107,25. Komoditas yang dominan memberikan andil sumbangan inflasi y-on-y, yaitu cabai rawit sebesar 0,39 persen; emas perhiasan sebesar 0,27 persen; bahan bakar rumah tangga sebesar 0,23 persen; sigaret kretek mesin (skm) sebesar 0,16 persen; dan kelapa sebesar 0,14 persen.
Sedangkan secara m-to-m inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Mesuji yaitu sebesar 2,72 persen, dengan IHK sebesar 113,13.
Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m, yaitu tarif listrik sebesar 1,88 persen; bawang merah sebesar 0,46 persen; emas perhiasan sebesar 0,11 persen; tukang bukan mandor; dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,07 persen.
Sedangkan inflasi m-to-m terendah terjadi di Kota Bandar Lampung yaitu sebesar 1,54 persen, dengan IHK sebesar 107,54.
Komoditas yang dominan dalam memberikan andil inflasi m-to-myaitu tarif listrik sebesar 1,21 persen; bawang merah sebesar 0,14 persen; bayam sebesar 0,06 persen; daging ayam ras sebesar 0,05 persen; dan emas perhiasan sebesar 0,04 persen. (*)